Minggu, 24 Maret 2019

ESAI

Pendidikan Alternatif Anak Jalanan


    Anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya untuk mencari nafkah. Keberadaan anak jalanan ini menjadi masalah, terutama di kota-kota besar. Hal itu tampak dari kian meningkatnya jumlah anak jalanan. Bukan hanya anak-anak saja yang mencari nafkah dijalanan kota-kota besar. Tetapi terdapat juga remaja-remaja yang menjadi pengemis, pengamen bahkan anak punk dan preman. Faktor ekonomi dan status keluarga yang rendah memaksa anak-anak turun ke jalanan untuk membantu orang tua mereka mencari nafkah. 
    Selain itu, ketidakharmonisan rumah tangga, tidak baiknya hubungan anak dan orangtua, hubungan orangtua yang tidak harmonis, terjadi pertengkaran, si anak yang sering mendapatkan perlakuan kasar, tindak kekerasan pada anak, faktor lingkungan, rumah yang tidak sehat, adanya bujukan dari teman menjadikan pemicu maraknya anak jalanan. Padahal di usia-usia anak jalanan, seharusnya mereka belajar dan juga bermain, namun anak-anak jalanan cenderung melupakan betapa penting dan berpengaruhnya pendidikan bagi kehidupan masa depan mereka dan juga bangsa Indonesia.
  Potensi anak perlu dikembangkan semaksimal mungkin serta mereka perlu dilindungi dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi agar hak-hak anak dapat terjamin dan terpenuhi sehingga mereka dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan kemampuannya, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Serta kemampuan anak yang harus terus diasah agar anak dapat mengetahui potensi yang mereka punya.
    Kementerian Sosial (Kemensos) terus mencari solusi untuk mengurangi jumlah anak jalanan. Tahun demi tahun jumlah anak jalanan semakin menurun terbukti pada tahun 2006 , jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia sebanyak 232.894 orang. Kemudian pada 2010 ada 159.230 anak jalanan, 2011 turun menjadi 67.607 anak jalanan, dan 2015 turun lagi menjadi 33.400 anak jalanan. Tercatat hingga Agustus 2017 masih ada 16.290 anak jalanan. Pemerintah harus terus berupaya dalam mengurangi jumlah anak jalanan. Tidak hanya pemerintah pusat, tetapi pemerintah daerah dan juga masyarakat harus ikut andil dalam mengurangi jumlah anak jalanan.
  Pendidikan sebagai alternatif untuk menciptakan generasi penerus bangsa. Pentingnya pendidikan bukan hanya memberikan pengetahuan, namun juga memberikan pelajaran pada hal-hal baik dan benar. Pendidikan juga akan menjadikan seseorang senantiasa bersikap dewasa dalam menghadapi persoalan hidup. Pendidikan akan berpengaruh besar terhadap Indonesia yang lebih baik. Lalu bagaimana dengan anak jalanan yang putus sekolah demi mencari nafkah untuk keluarganya.
   Pendidikan alternatif untuk anak jalanan sangat diperlukan. Dengan adanya pendidikan alternatif tersebut akan menampung anak jalanan yang berhenti sekolah atau sama sekali belum pernah merasakan bersekolah. Mereka akan mendapat pendidikan yang layak. Banyak pihak telah berusaha untuk menangani permasalahan anak jalanan ini. Pemerintah kabupaten/kota, dengan berbagai kebijakan dan peraturan-peraturan, telah berusaha untuk menyeselaikan permasalahan ini, atau paling tidak mengurangi akibat-akibat buruknya. Selain itu, organisasi-organisasi non pemerintah pun banyak yang bermunculan untuk mencoba mengatasi permasalahan anak jalanan.
    Pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak bagi anak jalanan. Rumah singgah misalnya, di mana mereka akan merasa aman dan mendapatkan perlindungan. Program Orang Tua Asuh dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan. Hal ini penting, karena berbicara soal anak jalanan berarti berbicara mengenai dimana mereka tinggal untuk mendapatkan perlindungan, baik dari faktor alam maupun dari faktor orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan terhadap mereka.
   Rumah singgah sebagai tempat tinggal sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses non formal yang memberikan nilai dan norma di masyarakat.
     Selain itu, terdapat juga LSM Rumah Impian yang dapat menemukan hal-hal apa saja yang paling dibutuhkan anak jalanan lewat pengakuan mereka sendiri dan melalui pengamatan langsung pada hidup keseharian mereka. Selain menemukan kebutuhan mereka, melalui relasi yang terjalin juga, bantuan yang kemudian diberikan kepada anak jalanan tidak akan terkesan sekedar bagi-bagi rejeki, tetapi menjadi bantuan seorang sahabat yang keluar dari empati yang dalam. 
    Bantuan yang diberikan Rumah Impian kepada anak jalanan juga bukan sekedar memberi makan dan pakaian, tetapi lebih merupakan bantuan untuk memberdayakan mereka. Bantuan berupa pelatihan dan pendampingan kewirausahaan, pendampingan belajar, beasiswa pendidikan pencegahan anak turun ke jalan dan pendampingan keluarga, dapat lebih mencapai sasarannya ketika diberikan melalui relasi yang telah terjalin. 
     Relasi yang terjalin baik dengan anak jalanan telah menunjukkan banyak hasil yang positif. Kesadaran anak jalanan untuk kembali ke sekolah mulai bangkit, ini terlihat dengan banyaknya anak jalanan yang mengajukan diri untuk belajar di Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) dengan bantuan dari Rumah Impian, bahkan ada banyak anak yang kembali bersekolah formal di beberapa sekolah dari jenjang SD sampai SMA dengan beasiswa penuh dari Rumah Impian. Kesadaran untuk melanjutkan sekolah ini terus meningkat dari waktu ke waktu, dan ini terjadi bukan dengan paksaan atau iming-iming, tetapi melalui relasi yang terjalin dengan intens dengan relawan-relawan Rumah Impian.
  Anak yang terlanjur menjalani kehidupannya dijalanan, sulit untuk mau diajak kembali bersekolah. Mereka merasa sudah bahagia dengan hidup dijalanan yang tanpa aturan. Mereka bebas melakukan apa saja yang ia kehendaki. Tetapi, tidak sedikit pula yang menginginkan untuk bisa bersekolah dan bermain bersama dengan teman-temannya tanpa harus berkeliaran dijalanan.
   Generasi penerus bangsa yang jika tidak dididik maka akan merusak moral bangsa nantinya. Mereka akan cenderung tidak memiliki aturan dan berlaku sesukanya. Mereka akan minim terhadap pendidikan baik formal mapun non formal. Tugas semua lapisan masyarakat untuk bahu-membahu menyelamatkan anak jalanan dengan merangkul, membimbing, mengajak pada kebaikan dan juga memberikan motivasi akan pentingnya pendidikan agar dapat meneruskan pembangunan bangsa ini dengan prestasi-prestasi mereka dan jangan biarkan anak yang sudah ada dalam genggaman pendidikan malah terjerumus kedalam hal yang salah. Mereka hanya memerlukan dukungan dan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak. Karena masa depan bangsa ini ada di tangan mereka sebagai generasi penerus bangsa. Bangsa yang besar adalah generasi yang cerdas dan berakhlak mulia.

Rabu, 29 Agustus 2018

Resensi Buku : Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis






Identitas Buku

Judul                           : Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis
Pengarang                   : Prof. Dr. Sutari Imam Bernadib
Penerbit                       : Ombak
Tahun terbit                 : 2013
Jumlah Halaman          : viii + 136 halaman
ISBN                           : 978-602-258-035-5


Sinopsis

Buku ini merupakan salah satu buku pendidikan yang wajib dipelajari oleh semua orang. Penulis membuat buku ini mempunyai tujuan yaitu sekedar mengatasi kesukaran-kesukaran mahasiswa tersebut, terutama mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan.

Buku ini berisi tentang dasar dari ilmu pendidikan itu sendiri. Buku ini mencakup alasan mengapa kita harus mempelajari ilmu pendidikan, pengertian tentang pendidikan sistematis dari berbagai macam pendapat tokoh, batas-batas pendidikan, faktor-faktor pendidikan, tujuan pendidikan, anak didik, fungsi dari alat-alat pendidikan, hingga pengaruh alam sekitar terhadap anak didik. Dalam buku ini diterangkan bahwa ilmu pendidikan wajib dipelajari oleh semua orang, karena kelak kita akan menjadi orang tua atau pendidik yang menghadapi anak. Pendidikan sistematis dikatakan sebagai uraian tentang pemikiran yang tersusun lengkap mengenai masalah-masalah pendidikan.

Berbagai faktor pendidikan yang memengaruhi seseorang antara lain, faktor tujuan, pendidik, anak didik, alat-alat, dan alam sekitar. Faktor pendidik dengan sadar dan tanggung jawab mempengaruhi anak didik ke arah kedewasaan. Faktor alam sekitar sebagai wadah dimana hubungan faktor-faktor lain terjadi. Faktor satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan saling berpengaruh. 

Sebagai seorang pendidik kita mengemban tugas untuk memberikan teladan kepada anak didik sehingga muncul motivasi dalam diri anak didik untuk berusaha. Anak harus dididik karena pada hakikatnya anak adalah makhluk susila. Tanpa pendidikan tidak akan dapat mencapai tingkat kesusilaan. Alat pendidikan dibutuhkan untuk mendukung proses mendidik. Alat pendidikan tidak terbatas pada benda fisik saja, akan tetapi dapat berupa nasihat.

Alat pendidikan yang mempunyai kedudukan istimewa adalah hukuman. Menghukum ialah suatu perbuatan yang dengan sadar dan sengaja menyebabkan penderitaan pada seseorang. Dalam pendidikan, anak tidak boleh merasa takut kepada yang memberi hukuman. Hukuman dapat dipakai apabila tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh. Hukuman bukan satu-satunya alat pendidikan yang dapat mengembalikan anak pada dirinya sendiri sebagai makhluk susila.

Wadah pendidikan yang berpengaruh besar adalah Lingkungan atau alam sekitar. Beberapa ahli pendidik membagi faktor alam sekitar dalam 3 bagian, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua aspek saling mendukung dan melengkapi.

Sebagai salah satu dinamo penggerak dunia, pendidikan memiliki peran yang teramat penting dalam transformasi kehidupan manusia, dan ilmu pendidikan diperlukan guna mengawasi jalannya pendidikan itu. Sebagai salah satu cabang dari ilmu pendidikan, maka ilmu pendidikan sistematis mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah pendidikan. Ilmu ini membahas secara umum, abstrak dan objektif semua masalah pokok dalam pendidikan.


Kelebihan dan Kekurangan

Buku ini menarik dan mudah dipahami tentang segala hal yang berkaitan dengan ilmu pendidikan sistematis. Sesuai dengan judulnya, buku ini membahas tentang dasar-dasar pendidikan saja. Sehingga untuk memperdalam kajian ilmu yang berkaitan perlu ada buku referensi lain dan dalam membuat sampul buku tersebut bisa lebih menarik lagi.



Buku ini dapat di pinjam di:

Senin, 27 Agustus 2018

JOHN DEWEY

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN
JOHN DEWEY



John Dewey


John Dewey lahir pada tanggal 20 oktober 1859 disebuah daerah pertanian dekat Burlington, Vermount. Dia adalah anak seorang pemilik toko di desanya. Ia memperoleh pendidikan pertamanya disekolah umum Burlington, kemudian melanjutkan ke universitas Vermount, dan ketika masih menjadi seorang mahasiswa dia berteman baik dengan Prof. H. A. P. Torrey yaitu orang yang membawa dan menguraikan semacam kelompok realism yang diadopsi dari Skotlandia. Setelah keluar dari Vermount pada tahun 1875, tahun 1879 Dewey menerima diploma kandidat, kemudian dia mengajar selama 3 tahun. Berkat intruksi dari Torrey, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya pada universitas John Hopkins dengan desertasinya The Psikologi Of Kant. Ia menyelesaikan program doktoral dalam bidang filsafat pada universitas tersebut pada tahun 1884. 

Mula-mula Dewey mengajar di Chicago kemudian di universitas Columbia New York yang memiliki satu perguruan tinggi pendidikan guru yaitu teachers college. Di universitas Chicago ia menjadi ketua jurusan filsafat, psikologi, dan pedagogik, dan di universitas tersebut ia mendirikan sebuah sekolah percobaan (laboratorium sekolah) untuk menguji dan mempraktekkan teorinya. Sekolah ini diberi nama university elementaire school dan menjadi masyhur diseluruh dunia. 

Pada tahun 1884 ia diangkat menjadi dosen lalu asisten profesor dan profesor di universitas Michigan. Disini ia menjadi ketua jurusan filsafat sejak 1889 sampai 1894. Pada tahun 1889 ia diangkat menjadi profesor filsafat di universitas Minesota. Ia mengajar di universitas Columbia pada tahun 1904 sampai 1931 untuk memberikan filsafat dan pedagogik kepada akademi guru. Kemudian menikah dengan Alice Chipman pada tahun 1886.

Pada tahun 1905 ia pindah ke Columbia university di New York dan memberikan kuliah fisafat dan pendidikan di teacher’s college. Selama di universitas ini Dewey giat dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Dan dia tinggal di New York lebih dari 40 tahun sampai pensiun dari mengajar pada tahun 1930. Ia meninggal dunia pada 1 Juni tahun1952 (umur 92) di New York City, New York, Amerika Serikat.

Selama hidupnya ia banyak menorehkan karya-karya yang terkenal di dunia diantaranya My Pedagogic Creed (1897), School And Society (1899), How We Think (1910), Democracy And Education (1916), The American Civil Liberties (1920), Impressions Of Sovyet Russia And The Revolutionary Word Mexico-China-Turki (1929), Experience And Education (1938) dan Education Today (1940). Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel.

John Dewey merupakan seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan. Ia diakui sebagai salah satu pencetus sekolah filsafat Pragmatisme (bersama dengan Charles Sanders Peirce dan William James), pelopor dalam psikologi fungsional, dan seorang pengembang gerakan pendidikan progresif di Amerika Serikat selama paruh pertama abad 20.

Menurut Dewey, tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dalam kehidupan. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisik belaka. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat menyusun suatu sistem nilai atau norma. Dewey juga dianggap oleh aliran fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis dan pragmatis, sehingga, di dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan metode learning by doing.


Teori dan metode learning by doing, Dewey berpendapat bahwa untuk mempelajari sesuatu, tidak perlu orang terlalu banyak mempelajari itu. Dalam melakukan apa yang hendak dipelajari itu, dengan sendirinya ia akan menguasai gerakan-gerakan atau perbuatan-perbuatan yang tepat, sehingga ia bisa menguasai hal yang dipelajari itu dengan sempurna. Ia mengambil contoh tentang seorang yang akan belajar berenang. Menurutnya, seorang itu tidak perlu diajari macam-macam teori tetapi cukup ia langsung disuruh masuk kolam renang dan mulai berenang, dengan cepat seorang itu akan menguasai kemampuan berenang.


Dalam bukunya yakni Demokrasi dan Pendidikan, Dewey mensintesis, mengkritik, dan memperluas dengan filsafat pendidikan demokratis atau proto-demokratis Rousseau dan Plato. Dia melihat Rousseau sebagai over emphasizing masyarakat di mana individu berada. Dewey membuktikan dalam bukunya bahwa pengalaman belajar seseorang akan berpengaruh dalam penjelajahan dan introduksi ide-ide baru yang revolusioner.


Dewey mengadakan penelitian mengenai pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam praktek di sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan siswa dalam diskusi dan pemecahan masalah.


Ide John Dewey mengenai system pendidikan walaupun cukup populer namun tidak pernah secara luas dipakai dalam praktek pendidikan di Sekolah-sekolah Amerika. Pendidikan Progresif tidak banyak digunakan selama Perang Dingin, ketika perhatian dalam pendidikan menciptakan dan mempertahankan ilmu dan teknologi untuk kepentingan militer. Pasca Perang Dingin, pendidikan progresif muncul kembali dalam di banyak sekolah dan lingkaran teori pendidikan. Dalam perkembangan revolusi cara-cara belajar filsafat Dewey mengenai belajar kini telah dipakai secara luas di seluruh dunia yang mengilhami munculnya pendekatan kontekstual (CTL )  dalam proses pembelajaran.



Sumber Tulisan :
www.wikipedia.com/john-dewey
biografi-tokoh-ternama
biografiteladan